Di luar jendela rintik jatuh seperti not balok yang malas. Di dalam warung kopi, Hakim menaruh ponsel di samping gelas. Uap menari. Percakapan memanjang. Kita tidak sedang bicara politik atau harga beras. Kita bicara satu hal yang belakangan muncul di obrolan malam sampai dini hari: Mahjong Ways 2. Nama yang terdengar seperti judul drama, tapi nyatanya jadi bahan gosip paling hangat setelah tetangga pasang tenda nikahan.
Hakim bilang cuaca mempengaruhi peruntungan. Kedengarannya mistis, tapi di meja sebelah ada yang mengangguk. Katanya momen tertentu terasa lebih longgar. Seperti pintu yang biasanya rapat, tiba-tiba renggang. Orang menyebutnya momen gacor. Istilah yang dipakai ke mana-mana. Kadang kebablasan. Kadang tepat.
Kalau sudah bahas momen, ujungnya pasti sampai ke scatter hitam. Simbol kecil yang entah kenapa membawa aura drama. Ada yang percaya scatter hitam itu seperti kedipan lampu di gang—sebentar ada, sebentar hilang. Kadang muncul berturut-turut, bikin hati berdegup seperti drum marching. Kadang minggat lama, meninggalkan layar yang sunyi.
Apakah ini soal pola, atau sekadar ritme yang kebetulan cocok dengan jam tangan kita? Banyak yang menyusun teori: tabel kecil di buku catatan, jam main, ritme jeda, pakem naik turun. Ada juga yang memilih santai—main seperti naik sepeda. Kalau terasa berat, menepi dulu. Buka YouTube, dengarkan musik, lalu kembali lagi.
Scatter hitam akhirnya jadi tokoh utama yang tak pernah benar-benar tampil penuh. Selalu muncul lewat siluet, jejak, atau dugaan. Justru itu yang membuatnya candu. Orang menunggu, menafsir, dan percaya ada kode yang bisa dipecahkan. Kepercayaan itu menyalakan mesin semangat.
Mari kembali ke hujan. Ada hari ketika langit gelap, tapi tidak jadi apa-apa. Ada juga siang yang terlihat cerah, lalu satu jam kemudian banjir kecil di ujung gang. Momen gacor rasanya mirip begitu. Tidak bisa dipesan. Tidak bisa dipaksa. Yang bisa dilakukan cuma membaca tanda, mengamati ritme, dan merasakan tempo. Sejenis intuisi yang lahir dari jam terbang. Hakim menyebutnya kepekaan.
Ia punya kebiasaan sederhana. Mulai pelan. Lihat aliran beberapa putaran. Kalau layar terasa rapat, ia tarik napas, simpan dulu. Bila simbol mulai menyapa seringan angin, ia tambah berani. Tidak banyak, secukupnya. Mirip taktik menyeruput kopi. Jangan habiskan di awal. Sisakan hangat di tengah, biar penutupnya tidak hambar.
Di titik tertentu, layar berbicara. Kombo menyambung, pengali ikut menari, dan entah dari mana scatter hitam berani nongol. Satu. Dua. Tiga. Lalu ruangan mendadak riuh. Bukan selalu besar, tentu saja. Tetapi cukup untuk membuat orang percaya hari ini bukan hari biasa.
Di jagat obrolan, selalu ada cerita pemain beneran yang mengaku menemukan pola. Nada bicaranya tenang, tidak berlebihan. Katanya momen gacor sering datang setelah jeda. Bukan jeda panjang. Hanya beberapa menit untuk memutus sumbu emosional. Cuci muka, balas chat, atau pindah lagu. Kembali lagi dengan kepala yang lebih ringan.
Ada juga yang suka mengganti nominal di tengah arus. Tidak ekstrem. Turun sedikit saat layar seret. Naik perlahan ketika tanda-tanda hidup. Ini tidak ilmiah, kata mereka. Tapi rasanya seperti menata tempo musik—kadang pelan, kadang cepat. Tujuannya menjaga napas. Biar tidak habis di satu tarikan.
Ritual lain muncul dari hal-hal remeh. Mengatur kecerahan layar, membersihkan notifikasi, menutup aplikasi lain biar fokus. Hal kecil, tapi di momen krusial bisa menentukan. Karena yang sering kalah bukan strategi, melainkan konsentrasi. Kepala pecah oleh distraksi.
Mahjong Ways 2 hidup dari kombinasi yang sukar ditebak. Itulah yang membuatnya ramai dibicarakan. Scatter hitam menjadi ikon sekaligus teka-teki. Momen gacor datang seperti cuaca yang tak tunduk pada perkiraan. Kita hanya bisa menyiapkan payung, membaca langit, dan memilih langkah. Kadang langkah tepat, kadang meleset. Tidak apa. Esok masih ada. Hujan juga tidak turun selamanya.
Hakim meneguk sisa kopi. Di luar, rintik menipis. Ia tersenyum kecil. Katanya, malam ini ia akan coba lagi. Tidak muluk-muluk. Cuma ingin membuktikan satu hal sederhana: bahwa membaca tanda adalah seni yang dilatih, bukan sekadar harap-harap cemas. Dan kalau nanti scatter hitam mampir, ya anggap saja tamu yang sudah lama ditunggu.